Tips Melawan Depresi
Ada stigma di masyarakat, bahwa orang yang mengalami kegoncangan jiwa alias spiritual distress pasti menimpa orang-orang yang mengalami kegagalan hidup, misalkan ditinggalkan suami/istri, bangkrut dalam berbisnis, atau ditinggalkan mati seseorang. Tapi ternyata, orang sukses sekalipun berpeluang mengalami goncangan jiwa.
Ada suatu penelitian yang dilakukan oleh Zohar and The Marshall, (keduanya penulis, selengkapnya bernama Danah Zohar dan Ian Marshall –mereka pengarang buku, “SQ Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence) telah menemukan kasus. Ada seorang yang sukses namun tidak pernah merasakan makna kesuksesan itu sendiri. Orang tersebut senantiasa merasa hampa.
Contoh lain, penderita penyakit Alzheimer atau pikun berawal dari perasaan depresi yang dialami oleh orang tersebut. Tidak sedikit pula individu berpotensi depresi disebabkan oleh seringnya mengonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan yang mengandung zat adiktif.
Lantas apa sih yang menjadi trigger (pemicu) sehingga seseorang bisa depresi?
Ada lima hal yang menyebabkan seseorang mengalami spiritual distress, kelima hal ini berkaitan dengan lemahnya spiritual.
» Disorientasi makna hidup. Individu tidak mampu memaknai hidup, takpandai mengambil hikmah dari kejadian kecil-besar yang terjadi di lingkungannya,
» Memiliki norma-norma yang dangkal, terutama nilai keimanannya yang tipis, sehingga tidak memiliki rujukan atau pegangan hidup yang jelas. Akhirnya tidak mampu membedakan, ‘mana yang benar dan mana yang salah?’,
» Terputusnya mata rantai pengharapan seseorang pada tuhannya,
» Jelaslah bila seseorang terputus mata rantai pengharapan pada tuhannya mengakibatkan lemah hubungan spiritual dengan Tuhan. Sehingga hidup tanpa cinta dan kasih sayang, takmengenal komitmen, takpernah komunikasi,
» Gagal menjalani sebuah proses dalam berkehidupan, sehingga takmengenal jati diri.
Lantas, apa solusinya?
Adapun solusi agar terhindar dari perasaan depresi, maka hidup harus senantiasa seimbang atau bahasa kerennya equilibrium. Jangan sampai selaku individu larut berlama-lama dalam kesenangan atau kesedihan. Bila merasa senang karena merasa sukses, senantiasa selalu bersyukur. Cobalah untuk tafakur, semua kenikmatan yang telah dialami itu datang dari mana, apakah selamanya akan selalu dalam kesuksesan?
Atau yang selalu ditimpa cobaan, menjalani sesuatu selalu mengalami kegagalan. Supaya tetap bersabar… Buang jauh-jauh paradigma, “Sabar itu ada batasnya.” Salah! Sabar itu hingga menemukan momentum kesenangan yang akan diri sendirilah yang merasakan … Cukuplah sebagai contoh yang buruk apabila seseorang mengalami kegagalan, pelariannya menjerumuskan dirinya dalam jurang kenistaan, memakai narkoba.
Bila terkadang hidup terasa sumpek, bete, sampai stress -saya sering mengalami hal tersebut- maka saya mencobanya untuk mengembalikan pada Alqur’an dan Alhadits. Banyak sekali siraman rohani yang saya rasakan setiap mengkaji alquran ataupun alhadits. Bisa dilakukan dengan mengikuti pengajian di masjid-masjid sekitar kita.
Sebab hanya dalam alquran dan alhadits-lah terdapat peringatan tentang siksa neraka, kenikmatan surga, mana barang haq dan mana barang yang batal, mengenal halal dan haram, hukum puasa, kewajiban membayar zakat, kewajiban menunaikan ibadah haji. Itu semua tidak ada dalam pelajaran ilmu dunia. Dan harus kita yakini lalu dijadikan sandaran hidup…
Dan tidak lupa... Dalam bermasyarakat, senantiasa tidak apatis, senantiasa berbaur. Bila perlu jadi panutan, atau paling tidak berperilaku sopan, santun, saling hormat-menghormati dalam bertetangga. Atau minimalnya sudah saya lakukan dalam lingkungan terkecil, keluarga. Sehingga saat seorang ayah, istri, anak, keluar rumah. Sudah siap untuk menjalani pergaulan dalam masyarakat.
Ok…itulah bentuk keseimbangan; menjalankan syariat agama berdasarkan alquran dan alhadits diimbangi dengan kehidupan dunia, sosial bermasyarakat. Mudah-mudahan dengan keseimbangan ini bisa memaknai hidup… Mampu mengambil hikmahnya.
Maaf takbermaksud menggurui. Beginilah caraku bertutur …So Just fight depression with hope [referensi]
Ada suatu penelitian yang dilakukan oleh Zohar and The Marshall, (keduanya penulis, selengkapnya bernama Danah Zohar dan Ian Marshall –mereka pengarang buku, “SQ Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence) telah menemukan kasus. Ada seorang yang sukses namun tidak pernah merasakan makna kesuksesan itu sendiri. Orang tersebut senantiasa merasa hampa.
Contoh lain, penderita penyakit Alzheimer atau pikun berawal dari perasaan depresi yang dialami oleh orang tersebut. Tidak sedikit pula individu berpotensi depresi disebabkan oleh seringnya mengonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan yang mengandung zat adiktif.
Lantas apa sih yang menjadi trigger (pemicu) sehingga seseorang bisa depresi?
Ada lima hal yang menyebabkan seseorang mengalami spiritual distress, kelima hal ini berkaitan dengan lemahnya spiritual.
» Disorientasi makna hidup. Individu tidak mampu memaknai hidup, takpandai mengambil hikmah dari kejadian kecil-besar yang terjadi di lingkungannya,
» Memiliki norma-norma yang dangkal, terutama nilai keimanannya yang tipis, sehingga tidak memiliki rujukan atau pegangan hidup yang jelas. Akhirnya tidak mampu membedakan, ‘mana yang benar dan mana yang salah?’,
» Terputusnya mata rantai pengharapan seseorang pada tuhannya,
» Jelaslah bila seseorang terputus mata rantai pengharapan pada tuhannya mengakibatkan lemah hubungan spiritual dengan Tuhan. Sehingga hidup tanpa cinta dan kasih sayang, takmengenal komitmen, takpernah komunikasi,
» Gagal menjalani sebuah proses dalam berkehidupan, sehingga takmengenal jati diri.
Lantas, apa solusinya?
Adapun solusi agar terhindar dari perasaan depresi, maka hidup harus senantiasa seimbang atau bahasa kerennya equilibrium. Jangan sampai selaku individu larut berlama-lama dalam kesenangan atau kesedihan. Bila merasa senang karena merasa sukses, senantiasa selalu bersyukur. Cobalah untuk tafakur, semua kenikmatan yang telah dialami itu datang dari mana, apakah selamanya akan selalu dalam kesuksesan?
Atau yang selalu ditimpa cobaan, menjalani sesuatu selalu mengalami kegagalan. Supaya tetap bersabar… Buang jauh-jauh paradigma, “Sabar itu ada batasnya.” Salah! Sabar itu hingga menemukan momentum kesenangan yang akan diri sendirilah yang merasakan … Cukuplah sebagai contoh yang buruk apabila seseorang mengalami kegagalan, pelariannya menjerumuskan dirinya dalam jurang kenistaan, memakai narkoba.
Bila terkadang hidup terasa sumpek, bete, sampai stress -saya sering mengalami hal tersebut- maka saya mencobanya untuk mengembalikan pada Alqur’an dan Alhadits. Banyak sekali siraman rohani yang saya rasakan setiap mengkaji alquran ataupun alhadits. Bisa dilakukan dengan mengikuti pengajian di masjid-masjid sekitar kita.
Sebab hanya dalam alquran dan alhadits-lah terdapat peringatan tentang siksa neraka, kenikmatan surga, mana barang haq dan mana barang yang batal, mengenal halal dan haram, hukum puasa, kewajiban membayar zakat, kewajiban menunaikan ibadah haji. Itu semua tidak ada dalam pelajaran ilmu dunia. Dan harus kita yakini lalu dijadikan sandaran hidup…
Dan tidak lupa... Dalam bermasyarakat, senantiasa tidak apatis, senantiasa berbaur. Bila perlu jadi panutan, atau paling tidak berperilaku sopan, santun, saling hormat-menghormati dalam bertetangga. Atau minimalnya sudah saya lakukan dalam lingkungan terkecil, keluarga. Sehingga saat seorang ayah, istri, anak, keluar rumah. Sudah siap untuk menjalani pergaulan dalam masyarakat.
Ok…itulah bentuk keseimbangan; menjalankan syariat agama berdasarkan alquran dan alhadits diimbangi dengan kehidupan dunia, sosial bermasyarakat. Mudah-mudahan dengan keseimbangan ini bisa memaknai hidup… Mampu mengambil hikmahnya.
Maaf takbermaksud menggurui. Beginilah caraku bertutur …So Just fight depression with hope [referensi]