Taqwacore: Musik dan Film Punk Islam
Band punk Islam ternyata sudah sejak tahun 2007 sudah ada yang tur keliling benua Amerika. Mengusung nama Taqwatur dan mendapat respon positi di berbagai kota terutama dari komunitas warga muslim.
Sebut saja The Kominas, Vote Hezbollah, Secret Trial Five, The Sagg Taqwacore, Syndicate, dan Al-Thawra—pernah melakukan tur keliling dengan nama Taqwatur di tahun 2007 yang lalu. Musik yang dimainkan bervariasi. Ada punk, hip-hop, hingga metal.Arti Taqwacore
Terminologi Taqwacore diambil dari dua kata; Taqwa dan Core. Taqwa semua pembaca pun mengetahui, berarti tunduk dan patuh. Dalam Islam, tunduk kepada Allah Swt dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sementara Core, merupakan istilah dalam musik yang menonjolkam ekstrimitas yang terdapat dalam komposisi lagunya. Sehingga muncul istilah hardcore, grindcore, ska-core dan lain-lain.Yang bila digabungkan maka Taqwacore mengungkapkan rasa tunduk kepada Allah Swt diekspresikan melalui lagu dengan nada ekstrim kontemporer.
Awal Kemunculan
Gerakan taqwacore pertama kali merebak di AS sekira tahun 2005. Dipicu oleh sebuah karya novel dengan judul yang sama, Taqwacore. Adalah Michael Knight si penulis novel, warga AS kulit putih yang memiliki nama tengah Muhammad.Setelah membaca buku tulisan Malcolm X, Knight menjadi mualaf saat masih kecil, 15 tahun. Knight menemukan kesan-kesan revolusioner kala itu. Sehingga di dalam buku fiksinya, Knight menuturkan sebuah komunitas anak muda muslim dari berbagai latar belakang dan kebangsaan yang tinggal di sebuah 'Squat' di kawasan Buffalo, New York, Amerika Serikat.
Kaitannya dengan musik punk islam, sebab dalam buku ini ada sisi kisah yang menggambarkan keunikkan, anak muda muslim dari berbagai kultur yang sangat fanatik terhadap ajaran islam dan musik punk rock. Misalnya digambarkan, ada punker dengan rambut a la Mohawk namun tidak pernah tertinggal shalat lima waktu. Lalu dikisahkan pula seorang warga Indonesia jago bermain skateboard yang biasa menjadi muadzin.
Novel fiktif tersebut cukup mewakili opini kaum muda muslim di seluruh penjuru dunia. Bahwasannya agama Islam tidak kolot, kaku dan represif. Bahkan dalam Islam seorang individu bebas berekspresi tentang syiar Islam secara modern.
Novel Menuai Protes
Novel fiktif karya Michael ‘Muhammad’ Knight ini menuai protes. Pada tahun 2004, karena dianggap mengaburkan pencitraan Islam, mengada-ada dan terlalu liberal. Di sisi lain, mayoritas warga AS, bahkan melakukan aksi protes, dikuatirkan akan melahirkan gerakan radikal Islam yang ekstrim dan menimbulkan banyak teror. Serangan protes tidak saja di Amerika, bahkan di Inggris hingga negara Eropa lainnya.Tetapi di dalam hati generasi muda muslim yang tinggal di negara barat dengan novel ini justru menjadi manifesto pembebasan jauh dari tekanan represif yang dialami di lingkungan sekitar mereka. Apalagi pasca runtuhnya dua menara kembar WTC (Peristiwa 9/11), komunitas muslim di Amerika dan negara barat mengalami tekanan diskriminasi dan prejudisme yang cukup ekstrim hingga penyerangan fisik.
Rasa takut, bingung, frustasi dan kekecewaan menghantui hampir seluruh warga AS, terutama kaum mudanya. Dengan membawa perasaan tersebut, tidak sedikit warga anak-anak muda AS mengekspresikan lewat musik. Genre yang diusung, berdasarkan klaim memiliki istilah Taqwacore. Sehingga bisa ditarik benang merah —yang menjadi pemicu bermusik dengan irama Punk adalah novel fiktif Taqwacore.
Diangkat ke Layar Lebar
Meski dalam level minoritas, bermusik berkolaborasi dengan Islam sebagai agama sudah menjadi fenomena tersendiri di abad 21 ini. Maka pada tahun 2010, diproduksi film dengan mengangkat tema dan judul yang sama; Taqwacore: The Birth of Punk Islam. Dengan bergenre dokumenter, film ini menangkap pergerakan anak muda yang terlibat dalam perkembangan musik taqwacore di Amerika.Film lain yang diproduksi adalah The Taqwacores, sebuah film fiktif yang dibuat berdasarkan novel karya dan diproduseri oleh Michael Knight. Film ini dibuat secara independent dan dengan biaya yang minim (low budget).
Kedua film ini sering diputar di berbagai festival film seantero Amerika dan Eropa. Selalu mendapatkan respon positif dari para sineas perfilman. Salah satu bentuk penghargaannya, Taqwacores menjadi film terbaik tahun 2010 versi majalah musik SPIN di AS.
Itulah sepenggal tentang Taqwacore... Bagaimana dengan masyarakat di Indonesia? Terutama anak muda… Seperti kata Indra Lesmana dalam lagunya, “Mari berkarya dalam puisi dan lagu, musik dan tari, layar perak, panggung gerak, adalah tempat kita… Insan dunia…. EKSPRESIKAN DIRI! [sumber]