Mengulas informasi seputar bisnis dan gaya hidup.

Pengakuan Pemain Sepakbola Dunia Tentang Masa Kecilnya

Artikel ini boleh dibilang kelanjutan tentang masa kecil pemain sepakbola. Bila diperhatikan keberhasilan yang dipetik itu berbanding lurus dengan lama belajar yang sudah ditanam. Messi kecil begitu rela mengorbankan masa bermain ditukar dengan pendidikan sepakbola di klub sekitar rumahnya... dan lain sebagainya. Berikut ini masih seputar pemain sepakbola dan masa kecilnya. Silakan disimak.

Robin Van Persie—Belanda
Awalnya Robin mengetahui ada lapang sepakbola yang berjarak dua blok saja dari rumahnya. Dia dan teman-temannya menyebutnya dengan kandang. Karena tempat yang disebut kandang itu merupakan lahan pemerintah yang sekelilingnya diberi jaring. Saking nyamannya bermain sepakbola sebab bola tidak akan lari jauh-jauh, Robin bermain sepakbola nyaris setiap hari. Teman atau lawan bermain sepakbola hampir berasal dari seluruh pelosok negeri. Karena, Rotterdam merupakan kota pelabuhan. Pendatang yang datang hampir dari seluruh penjuru dunia; Robin memiliki teman dari Belanda, Maroko, Turki, Suriname, hingga dari kepulauan Cape Verde.

Menurut Robin Van Persie, teman-temannya yang berasal dari luar Belanda jauh lebih memiliki persaingan sehingga Robin merasa lebih cocok bermain dengan mereka. Bermain sambil terus berkembang seiring waktu hingga Robin dan teman-temannya begitu 'klik'. Satu sama lain bermain sambil menilai siapa yang terbaik ada nilai-nilai kompetitif saat bermain sepakbola. Takperlu ucapan dalam menilai, namun setelah bermain sepakbola usai, ada jabat tangan kemudian saling berteman. Hubungan pertemanan tumbuh dari persaingan.

Menurut Robin, setelah dirinya bergabung dengan klub Excelsior sebagai junior, masih saja menyempatkan untuk datang ke kandang. Sehingga bila Sabtu siang ada pertandingan dengan Excelsior, Jumat malam masih bermain di kandang hingga pukul 11 malam.

"Sepakbola membuat saya bahagia, dan jika mengenangnya kembali saat-saat terindah dari usia tujuh hingga sekolah tingkat menengah atas adalah masa yang terindah bagiku."—Robin Van Persie

Ikker Casillas—Spanyol
Ayahnya seorang penggemar berat sepakbola. Sekitar 100 meter berjarak dari rumahnya ada gedung sekolah. Ikker dan ayahnya sering bermain sepakbola di sana. Setiap akhir pekan, bermain sepakbola. Ayah Ikker akan menendang bola dan Ikker akan mencoba menangkapnya. Sebagai uji kompetensi, Ikker melakukannya dengan baik di mata ayahnya. Hingga akhirnya sang ayah memberikan baju kiper serta sarung tangannya.

Berawal dari sana, hingga semua teman-teman Ikker mengetahui bahwa Ikker seorang penjaga gawang yang handal. Sehingga Ikker sering diandalkan dalam setiap permainan, bahwa yang lain takperlu repot-repot mencegah bola ke arah gawang yang dijaganya. Sebab, permukaan lapangan yang berbatu dan kerikil, banyak dari teman-temannya yang luka. Sementara Ikker karena berseragam penjaga gawang lengkap; celana panjang, bantalan lutut, bantalan siku. Itulah sebabnya Ikker menghabiskan banyak celana panjang.

Orangtua Ikker tidak terlalu berambisi anaknya untuk jadi pemain sepakbola internasional. Apalagi ibunya hanya seorang penata rambut yang tidak terlalu menyukai sepakbola. Ayahnya hanya sekadar ingin menyenangkan anaknya melalui permain sepakbola sebagai hiburan kala itu. Namun, setiap Ikker pulang dari sepakbola, orangtuanya selalu perhatian memperbaiki perlengkapan sepakbola yang rusak, atau mencuci seragam yang kotor.


"Orangtua berinvestasi besar pada Anda, baik sebagai pemain sepakbola atau sebagai manusia biasa. Tanpa orangtua sulit dibayangkan seseorang bisa berhasil. Anda melihat seorang bermain sepakbola dengan begitu hebat. Tetapi tidak melihat orangtuanya di belakang kendaraan yang menjemput atau mengantar anaknya saat berlatih atau betanding sepakbola."—Ikker Casillas