Mengulas informasi seputar bisnis dan gaya hidup.

Wahsyi 1.2: Rasa Rindu Mendalam

Cerita yang lalu berakhir hingga Wahsyi merasakan kebebasan. Kebebasan macam apa yang dia rasakan?


Rasa takut menyergap hati wanita itu. Kebebasan? Alangkah anehnya masalah yang engkau pikirkan. Kebebasan itu hanya menjadi beban berat di atas pundak kita yang tak akan sanggup kita memikulnya. Kita harus mengerahkan segala kemampuan untuk mencari sesuap nasi. Setelah itu, kita akan selalu menjadi target musuh dan objek pelecehan.

Sesungguhnya, majikan kita telah menghamparkan perlindungannya bagi kita, menyediakan makan dan minum bagi kita. Itu karena mereka sangat percaya kehidupan masa depan kita, bodoh!"

Wahsyi hanya menarik napas panjang, lalu memandang cakrawala yang tampak dalam kegelapan dengan hati bimbang. Dengan perasaan putus asa, dia menatap bintang-bintang yang menggantung di langit. Sambil menggelengkan kepalanya dia berkata, "Dan apa gerangan yang akan terjadi apabila majikanmu tahu bahwa engkau kini berada di bawah kegelapan malam hanya untuk menemui seorang budak hina sepertiku, yang hendak mempersembahkan padamu ketulusan cintanya?"

Itulah ungkapan cinta Wahsyi pada gadisnya. Menyusup ke lubuk hatinya rasa cintanya yang kian bersemi.

"Punggungku niscaya 'kan terbakar dengan ayunan cemeti dan itulah akhir dari kebahagiaanku; rela kugapai derita yang akan mendera tubuhku sebagai bukti cinta dan kasihku padamu, hanya untuk kamu seorang, Wahsyi!"

"Dan apa gerangan yang akan terjadi apabila majikanmu tahu bahwa engkau kini berada di bawah kegelapan malam hanya untuk menemui seorang budak hina sepertiku, yang hendak mempersembahkan padamu ketulusan cintanya?"

Dia kemudian meletakkan jemari tangannya pada leher dan bahunya. Kedua insan itu seakan dialiri rasa rindu mendalam. [bersambung]