Mengulas informasi seputar bisnis dan gaya hidup.

Paradigma Buruk tentang Bambu

Paradigma Buruk tentang Bambu — Pagi-pagi berangkat kerja, selama perjalanan menyimak radio Sindo. Pas sedang siaran membahas tentang bambu. Saya menjadi memahami bahwa potensi hutan bambu di Indonesia ternyata terbesar di dunia.

Dan tanaman yang setiap hari tumbuh setinggi 100 sentimeter ini bila dipanen tidak mencabut akar, cukup ditebang saja. Berbeda dengan pohon kayu -jati misalnya- yang menuntut dicabut hingga ke akar-akarnya. Hal ini yang merusak ketahanan tanah yang bisa mengakibatkan erosi. Tapi kalau bambu akan mengikat tanah dengan akarnya.


Bila pohon bambu ditebang, maka tunggu saja -paling lama- 3 bulan, maka akan muncul kembali tunas dan pohon bambu pun tumbuh kembali.

Paradigma Buruk tentang Bambu — Menurut National Geographic - Indonesia, terdapat 37 jenis bambu langka di Jawa Barat. Salah satu bambu yang terbilang langka, yaitu bambu eul-eul. Bambu eul-eul dipercaya masyarakat Sunda sebagai obat, manjur mengobati 41 jenis penyakit. Bahan dasarnya bisa menyerap hingga saraf dan sumsum tulang.

Selain eul-eul, jenis bambu yang terbilang langka adalah bambu tutul. Bambu tutul memiliki diameter kurang dari 9 cm. Sesuai dengan namanya, bambu tutul memiliki warna kuning emas dengan bercak atau tutul hitam di seluruh kulitnya. Karena memiliki nilai keindahan, bambu tutul sering dibuat sebagai bahan baku furnitur oleh para pengrajin bambu.

Ada stigma yang harus didobrak, bahwa bambu adalah tanaman yang bebas dieksploitasi. Dan yang menjadi berkurangnya atau menjadi kelangkaan tanaman bambu, yaitu konservasi lahan menjadi pemukiman penduduk.

Kini saatnya bagi kita untuk melakukan konservasi bambu yang akan bermanfaat secara ekologis juga ekonomis. Ada contoh upaya yang dilakukan oleh sebagian komunitas, seperti Yayasan Sehati, yayasan ini pernah menanam bumbu di beberapa bantaran sungai di Jakarta. Dan Yayasan Bambu Indonesia juga aktif melestarikan dan mengembangkan manfaat bambu. Dari mulai sebagai bahan baku kerajinan hingga komponen utama rumah.

Tanaman bambu tersebar di seluruh dunia, ada 1.250 jenis bambu, 159 di antaranya terdapat di Indonesia, dan terdapat 88 spesies bambu yang merupakan endemi, tentu saja tidak ada di wilayah selain hanya terdapat di Indonesia saja.

Dalam siaran tadi pun disinggung bahwa bambu senantiasa dipandang sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan, tergolong ke dalam kelas bawah. Rumah bambu hanya didirikan oleh petani di desa. Padahal masyarakat di luar negeri memanfaatkan bambu sebagai sesuatu yang bernilai.

Mari kita buang paradigma buruk tentang bambu! [] sumber gbr